MEMBANGUN INTEGRITAS DENGAN HATI NURANI

By Muharrir Mukhlis 18 Des 2018, 08:04:56 WIB Serba Serbi
MEMBANGUN INTEGRITAS DENGAN HATI NURANI

Oleh : Dr.dr.Ampera Matippanna,S.Ked.MH**

A. Pendahuluan

Membangun integritas diri adalah sebuah keharusan, karena integritas diri yang baik oleh seseorang diharapkan akan mampu mempengaruhi integritas kelompok, organisasi dan masyarakat, sehingga menjadi perilaku keseharian yang mencerminkan nilai-nilai moralitas, etika dan hukum yang berlaku di masyarakat.

Integritas adalah sebuah label yang dimiliki oleh seseorang yang berkaitan erat dengan perilaku keseharian dari individu tentang konsistensi, pandangan, pikiran-pikiran, ukuran-ukuran dan nilai-nilai moralitas, etika dan sosial budaya yang diyakini dan dipercayainya. Seseorang yang berintegritas tinggi adalah seseorang yang dapat dipercayai, memiliki pribadi yang jujur, bekerja keras dan suka menolong orang lain.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka integritas haruslah menjadi kebutuhan siapapun juga baik oleh pimpinan, staf, dan karyawan baik di lingkungan pemerintah maupun swasta dan masyarakat pada umumnya. Hal ini disebabkan karena adanya hubungan timbal balik di antara para pihak khususnya dalam penyelenggraan pelayanan kepada masyarakat. Seorang pemimpin membutuhkan integritas agar dapat dipercaya oleh staf dan karyawannya dalam mengelola organisasi, sebaliknya staf dan karyawan membutuhkan integritas agar dipercaya oleh pimpinannya dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya. Demikian halnya pemerintah membutuhkan integritas agar dapat dipercayai oleh masyarakat untuk mensejahterakan hidup mereka, dan sebaliknya masyarakat membuthkan integritas agar pemerintah mempercayai bahwa semua upaya-upaya pemberdayaan masyarakat dapat dikelola dengan baik untuk kepentingan dan kesejahteraan masyarakat itu sendiri.

Membangun dan mengembangkan integritas pada diri seseorang bukanlah perkara yang mudah karena hal ini menyangkut masalah nilai-nilai yang dianut oleh seseorang, konsistensi dalam pelaksanaan nilai-nilai tersebut dan komitmen untuk senantiasa melaksanakan nilai-nilai tersebut sehingga menjadi sebuah karakter dan jati dirinya. Ippho Santoso (2010) mengatakan bahwa Integritas akan melahirkan reputasi dan reputasi akan melahirkan kepercayaan. Integritas sering diartikan sebagai bersatunya pikiran,  perkataan dan perbuatan. Selanjutnya Andreas Harefa (2000) mengatakan bahwa integritas adalah sesuatu yang dapat diamati dengan 3 (tiga) kunci utama yaitu; menunjukkan kejujuran, memenuhi komitmen dan mengajarkan sesuatu secara konsisten.

 

B. Integritas dan Hati Nurani.

Terdapat keterkaitan antara integritas diri dan hati nurani. Integritas menyangkut sikap, tindakan dan perilaku yang ditunjukkan oleh individu terhdap nilai-nilai moral, etik, hukum, agama dan sosial budaya yang berlaku sedangkan hati nurani merupakan kesadaran moral yang tumbuh dan berkembang dalam jiwa seseorang untuk senantiasa melakukan sesuatu yang baik, benar, jujur, tidak melakukan pelanggaran dan tidak melakukan tindakan atau perbuatan yang merugikan diri sendiri dan orang lain.

Kesadaran moral ini akan membuat hati nurani akan merasa sedih dan kecewa apabila seseorang telah melakukan sesuatu tindakan yang tidak sesuai dengan nilai, norma, etika dan moral yang seharusnya dilakukan oleh seorang individu dan sebaliknya akan merasa senang, bangga dan bahagia apabila seseorang mampu melakukan tindakan atau perbuatan yang sesuai dengan nilai, norma, etika dan moral yang dianut oleh diri sendiri dan oleh orang lain.

Sehubungan dengan hal tersebut, maka kualitas integritas di dalam diri seseorang akan menjadi semakin mapan jika pandangan, pikiran tindakan dan perilakunya sejalan, seiring dan menyatu dengan kata hati nuraninya. Menyatunya Integritas dengan hati nurani akan membuat jiwa seseorang selalu dalam keadaan stabil, nyaman dan bahagia karena tidak terjadi konflik batin antara perasaan benar atau salah, baik atau buruk atas tindakan yang akan dilakukan atau setelah sebuah tindakan dlakukan, karena semua sesuai dengan standar moralitas yang dikehendaki oleh hati nurani.

Sehubungan dengan konflik bathin tersebut Kant  (1991 :183, 233-234) merasa bahwa hati nurani kritis adalah semacam pengadilan internal, yang di dalamnya pikiran kita menyetujui atau menyalahkan satu sama lain. Ia mengakui bahwa orang-orang yang dewasa secara moral sering kali menggambarkan rasa cukup atau kedamaian dalam jiwa setelah mengikuti hati nuraninya untuk melakukan sebuah kewajiban. Selanjutnya Michel Glautier (2007)  berargumen bahwa hati nurani adalah salah satu insting dan dorongan yang membuat manusia mampu membangun masyarakat. Kelompok manusia yang tidak memiliki dorongan tersebut, atau yang kadarnya kurang, tidak akan mampu membangun masyarakat dan tidak bisa berkembang biak sebaik kelompok manusia yang mampu membangun masyarakat

 

C. Membangun Integritas Melalui Hati Nurani

Membangun integritas diri yang paling efektif adalah mendengarkan suara hati nurani. Dibutuhkaan sebuah sikap kepekaan terhadap suara hati nurani sebelum dan susudah melakukan sebuah tindakan ataupun perbuatan, karena hati nurani tidak pernah bohong. Ia selalu mengarahkan kita pada perbuatan yang baik, benar dan tidak menyimpang dari nilai-nilai moralitas.

Selain sifat kepekaan terhadap hati nurani, juga hendaknya kita memiliki sifat yang jujur, terbuka dan transparan untuk menilai diri kita sendiri. Jika kita melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan hati nurani, maka dengan sikap jujur, terbuka dan transparan untuk mengakuinya dan melakukan koreksi atas tindakan tersebut dan melatih diri untuk tidak melakukan yang bertentangan dengan suara hati nurani.

Selanjutnya melatih logika dan cara berfikir kita sebelum melakukan sesuatu tindakan apakah merugikan orang lain, bertentangan dengan norma moral dan aturan-aturan yang berlaku, karena hati nurani senantiasa mendorong kita menjadi orang yang taat, patuh pada aturan dan ketentuan yang berlaku.

 

Sumber :

Andreas Harefa (2000) : Manusia Pembelajar, Penerbit Harian Kompas,

Ippho Santoso (2010): MembangunIntegritas bangsa dan Jiwa Nasionalisme https//catatan98.wordpress.com/…/membangun-integritas-bangsa-dan-jiwa-nasionalis…

 

Michel Glautier. The Social Conscience Shepheard-Walwyn, London. 2007. ISBN 978-0-85683-248-2

 

Kant . "The Doctrine of Virtue" in Metaphyics and Morals. Cambridge University Press. Cambridge. 1991. hlm. 183 and 233–34.

**) Staf Bidang Pengembangan dan Inovasi Kediklatan Badan Pengembangan SDM Provinsi Sulawesi Selatan